Aksi membobol jaringan internet perbankan dianggap cukup mudah, namun tidak demikian dengan jaringan online milik Bank Central Asia, khususnya jaringan layanan transaksi online.
Itulah sebabnya transaksi online perbankan tidak mungkin dengan mudah dibobol oleh hacker. Hal ini membuktikan, pembobolan rekening milik ratusan nasabah di enam bank tersebut bukanlah dilakukan oleh hacker, melainkan dilakukan oleh orang biasa secara manual.
"Selama ini BCA telah mengunakan token key atau key e-Banking untuk Transaksi online-nya, serta mengunakan koneksi VPN (Virtual Private Network) untuk e-Banking Corporate. Itulah yang menyebabkan keamanan pada transaksi online perbankan, khususnya BCA, dianggap sudah cukup bagus," ujar Moderator White Hacker Yogyafree, Nathan Gusti Ryan kepada okezone, Kamis (21/1/2010).
Menurut Nathan, serangan yang terjadi justru akan berpeluang cukup besar bagi layanan internet banking yang belum mengunakan token key. Jaringan perbankan seperti ini sangat berpeluang untuk dijadikan target hacking melalui penggunaan username dan password akun e-Banking nasabah.
Oleh karena itu, Nathan menghimbau kepada pihak perbankan agar juga menerapkan kebijakan dan menjalankan system pada transaksi e-Banking mengunakan VPN baik untuk corporate maupun untuk personal.
"VPN ini menjamin koneksi akses, dari nasabah ke Server e-Banking, benar-benar aman. Sedangkan pengunaan SSL (Secure Socker Layer) dan Certificate dari lembaga sertifikasi Internasional juga harus digunakan," tandas Nathan.
Pembobolan rekening ratusan nasabah enam bank di Bali ternyata bukan dilakukan oleh hacker. Moderator white hacker Yogyafree ini menganggap pembobolan tersebut dilakukan oleh orang biasa secara manual.
Kasus pembobolan rekening bank mulai ramai. Puluhan nasabah perbankan di Bali mendatangi kepolisian untuk melaporkan adanya penarikan rekening tanpa diketahui pelakunya. Kasus ini mengakibatkan kerugian perbankan sebesar Rp4,1 miliar dari 236 rekening nasabah.
sumber techno.okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar