Jumat, 02 Oktober 2009

Nyantai pake batik


Busana batik diharapkan bisa dikemas tidak terlalu formal sehingga bisa dikenakan saat acara santai. Lewat cara seperti itu, generasi muda dan anak-anak pasti akan perlahan mencintai batik. Jika sudah dicintai, batik pun akan lestari dan berkembang dengan sendirinya.

Hal itu dikatakan Eka Wahyu Hidayat (30), dan Rita (27), keduanya karyawan swasta. "Baju batik kan tidak harus 100 persen batik. Misalnya, kemeja biasa namun ada sentuhan batik di beberapa bagian, kan bagus. Kesannya modern dan modis," ujar Eka, Kamis.

Eka memiliki 5 kemeja batik, yang terdiri atas empat kemeja batik cap dan satu batik tulis. Ia memakai terutama saat menghadiri resepsi dan acara formal lain. "Untuk ke kantor, ya kadang-kadang. Mungkin sepekan sekali, atau dua pekan sekali," katanya.

Rita berpendapat, ada baiknya jika kantor selain instansi negeri, mulai menerapkan batik sebagai seragam. "Yang dipakai adalah batik tulis. Atau jika kemahalan, batik cap pun, tak masalah. Yang penting, jangan batik printing," katanya.

Rizkika (18), mahasiswi mengemukakan, satu-satunya cara agar batik tak terlihat formal adalah modelnya harus baru dan menarik. "Baju, tak perlu juga 100 persen full sentuhan batik. Kalau harga batik tulis di bawah Rp 100.000, bisa nggak ya," katanya.

Rizkika, Kamis siang tadi membeli baju terusan batik printing di Malioboro seharga Rp 25.000. ia membeli batik karena termotivasi dengan informasi bahwa batik ditetapkan sebagai warisan budaya oleh UNESCO. "Baju ini saya pakai untuk acara resmi . Di rumah saya ada satu potong batik, tapi bentuknya daster," kata dia.
kompas.com

Tidak ada komentar: